Sebuah kisah yang sangat populer tentang
dua orang (anak dan ayah) yang pergi mengembara bersama seekor Keledai.
Ketika berangkat dari rumahnya si anak
duduk di punggung Keledai sementara ayahnya berjalan sambil menuntun Keledai.
Memasuki kampung pertama, orang-orang berkomentar “sungguh anak tidak tahu
diri, duduk di punggung Keledai sementara ayahnya berjalan kelelahan”.
Mendengar komentar itu, ayah dan anak
berganti posisi. melewati kampung kedua orang-orang yang melihatnya kembali
berkomentar “sampai hati benar orang tua itu keenakan duduk di punggung Keledai
semntara anaknya dibiarkan berjalan sambil menuntun Keledai”.
Bapak dan anak yang mendengar komentar
tersebut kemudian bersama-sama duduk di punggung Keledai. Memasuki kampung
ketiga kembali terdengar komentar “bapak dan anak itu benar-benar tidak
mempunyai perasaan. Masa Keledai dinaiki oleh dua orang”.
Mendengar komentar itu keduanya lalu turun
berjalan sambil bersama-sama memanggul Keledai tersebut.
Memasuki kampung keempat kembali orang-orang
berkomentar “sungguh zaman benar-benar sudah gila Keledai yang seharusnya
menjadi tunggangan manusia , malah manusia yang menunggang keledai”.
Setelah mendengar komentar tersebut,
keledaipun diturunkan dari punggung mereka dan kemudian melanjutkan perjalanan
sambil keduanya menuntun keledai. Kembali terjadi komentar “untuk apa membawa
keledai kalau tidak dapat ditunggangi