Pada
zaman dinasti Qin, di masa pemerintahan Kang Xi, ada pasangan suami-isteri
sedang menyirami sawahnya di kaki Gunung Kunshan. Tiba tiba mendadak hujan
deras turun, petir menggelegar dan menyambar sang suami sampai tewas.
Mengetahui hal ini, warga kampung berbondong-bondong datang dan membantu istri
yang malang itu untuk mengevakuasi jenazah suaminya.
Mereka
berpikir mengapa nasib buruk menerpa sang suami yang terkenal baik hati itu.
Sang istri dalam dukanya yang mendalam mengatakan, “Saya tahu hal ini terjadi
karena 18 ons daging.” Para warga kampung terpana dan ingin mendengar
lebih jauh perkataan sang istri. “Musim dingin lalu, suami saya pergi ke
seberang sungai untuk membayar pajak. Saat tiba di tepian, ia mengikat
perahunya dan terlihat olehnya ada daging tergeletak di kapal kosong didekat
situ. Tidak ada orang disekitarnya, ia menganggap daging itu tak bertuan,
membawanya pulang dan menimbangnya, 18 ons dan menggorengnya untuk lauk makan
siangnya.
Lalu
ia mendengar berita bahwa di tepian sungai itu ada seorang pembantu yang tewas
di tangan majikannnya karena kehilangan 18 ons daging, kejadian sebelumnya
adalah saat ia membersihkan daging itu di sungai lalu ditinggal sebentar untuk
mengambil sesuatu didalam rumah, namun ketika ia kembali daging sudah lenyap,
dan ketika pulang dengan tangan kosong, majikannya begitu marah dan memukulinya
bertubi-tubi, tak sengaja membunuhnya.
Suami
majikannya saat pulang ke rumah begitu kaget mengetahui istrinya menewaskan
sang pembantu, didalam kebingungan dan ketakutannya, sang istri gantung
diri. Dan sekarang, suami saya tewas disambar petir. “Saat memperoleh
sesuatu yang bukan milik kita, orang mungkin berpikir bahwa hal itu adalah
sebuah keberuntungan. Namun pada kenyataannya, hal itu membawa petaka dan
kesengsaraan bagi orang lain, “ isak sang istri.
“Sebuah
keberuntungan kecil ternyata membawa akibat yang sangat buruk..”