Pada jaman dahulu kala, di India hidup
seorang pertapa suci yang bernama Naga Arjuna. Sang Pertapa adalah orang yang
telah hidup terbebas dari segala keduniawian.Oleh karena itu, kemanapun dia
pergi hanyalah mengenakan selendang yang dibalut ditubuhnya, yang melambangkan
betapa leluasanya Beliau.
Namun ada satu hal yang sangat mencolok
dari Naga Arjuna, kemanapun dia pergi, dia selalu membawa sebuah mangkuk emas.
Rupanya, mangkuk emas itu adalah pemberian seorang raja yang sangat hormat
kepada Naga Arjuna. Namun Naga Arjuna yang telah hidup suci, sama sekali tidak
menjual mangkuk itu untuk kepentingan dirinya. Padahal, mangkuk emas itu mampu
menghidupi dia seumur hidup kalau dia mau. Namun mangkuk tersebut hanya ia
pakai untuk mengemis makanan dari penduduk saja. Inilah pribadi Naga Arjuna
yang hidup tanpa keterikatan nafsu duniawi.
Pada suatu hari, terdapatlah seorang
pencuri yang telah lama membuntuti Naga Arjuna. Pencuri itu bermaksud ingin
mencuri mangkuk Naga Arjuna. Malam harinya, ketika Naga Arjuna tertidur di
dalam sebuah rumah gubuk, pencuri itu mengendap masuk ingin mengambil mangkuk
tersebut. Namun, sebelum dia sempat mengambilnya, Naga Arjuna telah terbangun
dari tidurnya.
Betapa terkejutnya pencuri itu, ia berpikir
pasti Naga Arjuna akan berteriak minta tolong. Sehingga, penduduk sekitar akan
dating memukulnya. Tetapi jauh dari perkiraan, Naga Arjuna hanya menatap
pencuri itu sesaat, lalu berkata, “Kenapa? Kamu ingin mangkuk
ini?” Pencuri itu hanya terdiam.
“Kalau kamu mau, ambil saja.” Ucap Naga
Arjuna sambil kembali melanjutkan tidurnya.
Bukan main herannya pencuri tersebut. Namun
dia mengambil mangkuk itu dan pergi begitu saja.
Akan tetapi keesokan harinya, dia kembali
lagi ke gubuk itu. Dia lalu berlutut di hadapan Naga Arjuna, dan berkata,
“Guru, ajarkanlah aku bagaimana caranya engkau mampu melepaskan mangkuk emas
itu dengan hati penuh kerelaan, seperti yang engkau lakukan
semalam.” Sejak saat itulah, Sang Pencuri menjadi murid dari Naga Arjuna.
Terkadang, yang membuat manusia menderita
adalah ketika harus melepaskan barang yang ia sayangi. Karena di hati manusia
yang tamak, maka tidak ada kerelaan. Seandainya manusia mampu melepaskan barang
yang ia sayangi, tentu di dunia ini tidak ada yang gila karena kehilangan
kekayaannya, ataupun menderita ketika ditinggalkan orang yang dicintai.