Pernahkah mendengar istilah Alkemi? Alkemi
dikenal sebagai sebuah ilmu yang mampu mengubah besi menjadi emas. Dalam
banyak kisah, beberapa orang menganggapnya sebagai sebuah sihir belaka, tetapi
yang lain percaya bahwa ilmu itu benar-benar ada. Dan, siapa yang tak tergiur
untuk bisa menguasai ilmu alkemi? Hanya dengan kemampuan alkemi, ia bisa
mengubah besi menjadi emas dan tentu menjadi kaya-raya.
Alkisah, di sebuah negara di Timur ada
seorang Raja yang hendak mencari orang yang benar-benar mengerti tentang
alkemi. Sudah banyak orang datang pada Raja, tetapi ketika diuji, mereka
ternyata tidak mampu mengubah besi menjadi emas. Suatu ketika seorang menteri
berkata pada Raja bahwa di sebuah desa terdapat seseorang yang hidup sederhana
dan bersahaja. Orang-orang di sana mengatakan bahwa ia menguasai ilmu alkemi.
Segera saja Raja mengirimkan utusan untuk memanggil orang itu. Sesampainya di
istana, Raja mengutarakan maksudnya ingin mempelajari ilmu alkemi. Raja akan
memberikan apa yang diminta oleh orang itu.
Tetapi apa jawab orang desa itu, “Tidak.
Saya tidak mengetahui sedikit pun ilmu yang Baginda maksudkan.”
Raja berkata, “Setiap orang memberitahu aku
bahwa engkau mengetahui ilmu itu.”
“Tidak, Baginda,” jawabnya bersikeras.
“Baginda mendapatkan orang yang keliru.”
Raja mulai murka dan mengancam. “Dengarkan
baik-baik!” kata Raja. “Bila kau tak mau mengajariku ilmu itu, aku akan
memenjarakanmu seumur hidup.”
“Apa pun yang Baginda hendak lakukan,
lakukanlah. Baginda mendapatkan orang yang keliru”
“Baiklah. Aku memberimu waktu enam minggu
untuk memikirkannya. Dan, selama itu kau akan dipenjara. Jika pada akhir minggu
ke enam kau masih berkeras hati, aku akan memenggal kepalamu.”
Akhirnya orang itu dimasukkan ke dalam
penjara. Setiap pagi Raja datang ke penjara dan bertanya, “Apakah kau telah
berubah pikiran? Maukah kau mengajariku alkemi? Kematianmu sudah dekat,
berhati-hatilah. Ajari aku pengetahuan itu.”
Orang itu selalu menjawab, “Tidak Baginda.
Carilah orang lain. Carilah orang lain yang memiliki apa yang Baginda inginkan,
saya bukanlah orang yang Baginda cari.”
Setiap malam ada seorang pelayan yang
melayani orang itu dalam penjara. Pelayan itu berkata bahwa Raja
mengirimnya untuk melayani orang itu sebaik-baiknya. Pelayan itu menyapu lantai
serta membersihkan ruangan penjara itu. Pelayan itu juga selalu mengantarkan
makanan dan minuman untuk orang itu, memberikan simpati kepadanya, melakukan
apa saja yang diminta oleh orang itu, dan bekerja apa saja selayaknya seorang
pelayan.
Pelayan itu selalu menanyakan, “Apakah anda
sakit? Apakah ada sesuatu yang dapat saya lakukan untuk anda? Apakah anda
lelah? Bolehkah saya membersihkan tempat tidur anda? Maukah anda bila saya
mengipasi anda hingga anda tertidur, udara di sini panas sekali.” Dan, segala
sesuatu yang bisa pelayan itu lakukan, maka ia lakukan saat itu juga.
Hari terus belalu. Dan, kini tinggal satu
hari lagi sebelum kepala orang itu dipenggal. Pagi hari Raja mengunjungi dan
berkata, “Waktumu tinggal sehari.
Ini kesempatan bagimu untuk menyelamatkan
nyawamu sendiri.”
Tetapi orang itu tetap saja berkata, “Tidak
Baginda. Yang Baginda cari bukanlah hamba.”
Pada malam hari, sebagaimana biasa pelayan
itu datang. Orang itu memanggil pelayan itu untuk duduk dekat dirinya kemudian
diletakkan tangannya di bahu pelayan itu dan berkata, “Wahai pelayan yang
malang. Engkau telah berlaku sunguh baik terhadap diriku. Kini aku akan
membisikkan di telingamu sebuah kata tentang alkemi. Sebuah kata yang akan
membuatmu mampu mengubah besi menjadi emas.”
Pelayan itu berkata, “Aku tak tahu apa yang
kau maksudkan dengan alkemi. Saya hanya ingin melayani anda. Saya sungguh sedih
bahwa besok anda akan dihukum mati. Itu sungguh mengoyak hatiku. Saya harap
saya bisa memberikan jiwa saya untuk menyelamatkan anda. Seandainya saya bisa,
sungguh saya sangat bersyukur.”
Sang alkemi menjawab, “Lebih baik aku mati
daripada memberikan ilmu alkemi ini kepada orang yang tidak layak menerimanya.
Ilmu yang baru saja aku berikan kepadamu dalam simpati, dalam penghargaan, dan dalam
cinta, tak akan kuberikan kepada Raja yang akan mengambil nyawaku besok.
Mengapa demikian? Karena engkau pantas menerimanya, sedangkan Raja itu tidak.”
Esok harinya, Raja memanggil sang alkemi
dan memberikan peringatan terakhir.
“Ini adalah kesempatan terakhirmu. Kau
harus mengajariku ilmu alkemi, bila tidak lehermu harus dipenggal.”
Sang alkemi menjawab, “Tidak Baginda, anda
mendapatkan orang yang keliru.”
Raja pun, “Baiklah. Aku putuskan kau untuk
bebas, karena kau telah memberikan alkemi itu padaku.”
Sang alkemi keheranan, “Kepadamu? Saya
tidak memberikannya pada Baginda Raja. Saya telah memberikannya pada seorang
pelayan.”
“Tahukah kau, bahwa orang yang melayanimu
setiap malam adalah aku,” jawab sang Raja.